Menguak Sejarah Desa Cijeungjing: Mitos Pohon Jeungjing dan Perjalanan Panjang Menuju Pusat Kecamatan

Menguak Sejarah Desa Cijeungjing: Mitos Pohon Jeungjing dan Perjalanan Panjang Menuju Pusat Kecamatan

Desa Cijeungjing, yang terletak di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, merupakan salah satu desa yang memiliki nilai sejarah yang mendalam. Desa ini tidak hanya memiliki peran penting dalam perkembangan administratif di wilayahnya, tetapi juga memiliki sejarah unik yang berakar dari sebuah pohon bernama Jeungjing. Nama desa ini berasal dari pohon besar tersebut yang dianggap memiliki mitos dan pengaruh kuat pada kehidupan masyarakat di masa lalu. Artikel ini akan menggali lebih dalam mengenai Sejarah Desa Cijeungjing, asal-usul nama desa, peran para tokoh, dan perkembangan desa ini hingga era modern.


Pohon Jeungjing: Inspirasi Nama Desa

Asal mula nama Desa Cijeungjing berasal dari pohon Jeungjing, yang pada masa lampau diyakini masyarakat sebagai pohon besar yang memiliki kekuatan magis. Pohon ini tumbuh dengan megah dan menjadi pusat perhatian masyarakat sekitar. Keberadaannya melahirkan banyak cerita yang berkembang dari generasi ke generasi. Walaupun tidak ada catatan resmi mengenai kapan nama Jeungjing diadopsi menjadi nama desa, cerita tentang pohon ini sudah menjadi bagian penting dari identitas desa.


Nama Cijeungjing pertama kali mulai digunakan pada masa kepemimpinan Raden H. Abdul Rojak, seorang ningrat yang memiliki tanah luas dan sangat dihormati oleh masyarakat setempat. Beliau menjadi kuwu (kepala desa) pertama yang dikenal dalam sejarah desa ini, dan masa kepemimpinannya memberikan fondasi kuat bagi perkembangan Desa Cijeungjing. Namun, tanggal pasti kapan nama desa ini resmi diadopsi tetap menjadi misteri.


Masa Penjajahan Belanda dan Pemindahan Ibu Kota Kecamatan

Pada era penjajahan Belanda, Desa Cijeungjing memainkan peran penting sebagai pusat pemerintahan Kecamatan Cijeungjing. Markas besar penjajah Belanda saat itu berada di Dusun Warungjati, yang menjadi pusat kegiatan administrasi dan militer. Kehadiran penjajah Belanda di desa ini memberikan pengaruh besar pada perkembangan sosial dan politik masyarakat setempat.


Namun, sekitar tahun 1930-an, pusat pemerintahan Kecamatan Cijeungjing dipindahkan ke Desa Bojong, yang memiliki keunggulan infrastruktur berupa stasiun kereta api. Kereta api merupakan sarana transportasi utama pada masa itu, dan kehadirannya di Desa Bojong membuat kegiatan pemerintahan dan ekonomi lebih mudah diakses. Meskipun demikian, identitas Kecamatan tetap menggunakan nama Cijeungjing, meskipun pusat administratifnya dipindahkan.


Masa Penjajahan Jepang: Pembangunan Lapangan Olahraga

Ketika Jepang menduduki Indonesia sekitar tahun 1942, Desa Cijeungjing, seperti desa-desa lain di Indonesia, harus mengikuti kebijakan yang diterapkan oleh penjajah. Salah satu kebijakan yang diberlakukan adalah pembangunan lapangan olahraga di setiap desa. Di Desa Cijeungjing, proyek pembangunan lapangan ini dipimpin oleh kuwu Karta Wigena.


Namun, pembangunan lapangan ini bukanlah hal yang mudah, karena desa saat itu tidak memiliki tanah kering yang layak digunakan. Akhirnya, tanah milik adat milik tiga warga, yaitu Saca bin Ketom, Madkarhi bin Suned, dan H. Noer bin Gunari, digunakan untuk membangun lapangan. Tanah penggantinya diambil dari tanah bengkok yang terletak di Persil Blok Tangkolo dan Sakola.


Masa Kemerdekaan dan Konflik Separatis

Setelah kemerdekaan Indonesia, Desa Cijeungjing mengalami masa transisi yang penuh tantangan. Pada masa itu, terjadi berbagai gerakan separatis di beberapa wilayah Indonesia, termasuk gerakan Daarul Islam (DI) dan Partai Komunis Indonesia (PKI). Desa Cijeungjing juga terkena dampak dari konflik-konflik ini. Salah satu peristiwa tragis yang terjadi adalah penembakan kuwu Kartobi dan pamong desa Daroji oleh kelompok separatis. Peristiwa ini menggambarkan betapa sulitnya menjaga stabilitas keamanan desa pada masa itu.


Pemindahan Kembali Ibu Kota Kecamatan ke Desa Cijeungjing

Pada tahun 1995, terjadi perubahan besar ketika Camat Drs. Dikdik Sidik memutuskan untuk memindahkan kembali Ibu Kota Kecamatan Cijeungjing dari Desa Bojong ke Desa Cijeungjing. Alasan utama pemindahan ini adalah agar lebih sesuai dengan identitas nama kecamatan yang memang mengambil nama dari Desa Cijeungjing. Selain itu, kantor kecamatan di Bojongmengger saat itu berdiri di atas tanah yang bukan milik pemerintah, sehingga pemindahan ini dianggap lebih logis.


Langkah ini menegaskan kembali posisi strategis Desa Cijeungjing sebagai pusat kecamatan dan memberikan dampak positif bagi perkembangan infrastruktur dan administrasi desa.


Periode Pembangunan dan Kepemimpinan Modern

Memasuki era reformasi, Desa Cijeungjing mengalami perkembangan pesat dalam bidang infrastruktur dan pemerintahan. Pada tahun 1999, kuwu Adang terpilih sebagai kepala desa dan memimpin hingga tahun 2007. Setelah masa jabatannya berakhir, Adang terpilih kembali untuk memimpin desa pada periode 2008-2013. Namun, pada tahun 2014, Adang mengundurkan diri dari jabatannya untuk mencalonkan diri sebagai anggota legislatif Kabupaten Ciamis dalam Pemilu 2014.


Pada periode 2013 hingga 2019, desa dipimpin oleh Asep Didi, yang diangkat sebagai kuwu setelah dilantik pada tanggal 4 Juli 2013. Selanjutnya, pada tahun 2019 hingga 2021, Desa Cijeungjing mengalami masa kepemimpinan sementara di bawah Otang pada saat pandemi Covid-19 melanda. Setelah masa pandemi mereda, Adang kembali terpilih sebagai kepala desa pada tahun 2021 dan masih menjabat hingga saat ini (2024).


Menguak Sejarah Desa Cijeungjing: Mitos Pohon Jeungjing dan Perjalanan Panjang Menuju Pusat Kecamatan


Perkembangan Desa Cijeungjing di Era Modern

Desa Cijeungjing terus berkembang dari waktu ke waktu, baik dari segi infrastruktur, pendidikan, maupun pelayanan masyarakat. Setelah kembalinya pusat pemerintahan kecamatan ke desa ini, Desa Cijeungjing semakin menunjukkan perannya sebagai salah satu desa penting di Kabupaten Ciamis.


Sejarah panjang desa ini, mulai dari masa kolonial hingga era modern, membentuk identitas dan karakter masyarakatnya yang kuat. Gotong royong dan semangat kebersamaan tetap menjadi prinsip utama dalam setiap pembangunan desa. Dengan dukungan tokoh-tokoh desa yang berdedikasi serta kerja sama masyarakat, Desa Cijeungjing terus berkembang sebagai desa yang bersejarah sekaligus modern.


Cijeungjing: Warisan Sejarah yang Menjadi Pusat Perkembangan Modern

Desa Cijeungjing adalah desa dengan sejarah panjang yang penuh liku-liku, mulai dari mitos tentang pohon Jeungjing hingga menjadi pusat pemerintahan kecamatan. Peran tokoh-tokoh penting, seperti Raden H. Abdul Rojak, Kartobi, hingga Adang, sangat menentukan arah perkembangan desa ini. Terlepas dari berbagai tantangan, Desa Cijeungjing berhasil mempertahankan identitas dan perannya sebagai pusat kegiatan sosial dan administratif di Kecamatan Cijeungjing.


Seiring berjalannya waktu, desa ini terus bertransformasi, menghadapi tantangan-tantangan baru, namun tetap mempertahankan akar sejarah dan budayanya. Desa Cijeungjing bukan hanya sebuah desa dengan nama unik, tetapi juga tempat di mana sejarah, mitos, dan perkembangan modern bersatu dalam harmoni.

LihatTutupKomentar