Upacara Adat Nyangku di Ciamis Tahun 2024: Tradisi Penyucian Pusaka yang Sarat Makna

Upacara Adat Nyangku di Ciamis Tahun 2024: Tradisi Penyucian Pusaka yang Sarat Makna


Pada tahun 2024, Kabupaten Ciamis kembali menjadi saksi berlangsungnya Upacara Adat Nyangku, sebuah prosesi adat penyucian benda-benda pusaka peninggalan Prabu Sanghyang Borosngora dan para raja Panjalu. Acara yang dilaksanakan setiap tahun di Kecamatan Panjalu ini menjadi simbol penting bagi masyarakat setempat dalam menjaga warisan budaya leluhur. Upacara Nyangku pada Senin (30/9/2024) ini juga dihadiri oleh Sekretaris Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga (Disbudpora), Ega Anggara Al Kautsar.


Sejarah dan Makna Upacara Adat Nyangku

Upacara adat Nyangku telah ada sejak zaman Kerajaan Panjalu. Istilah "Nyangku" sendiri berasal dari kata yanko (bahasa Arab) yang berarti "membersihkan". Dalam bahasa Sunda, istilah ini berkembang menjadi "nyaangan laku" yang memiliki makna "menerangi perilaku". Secara simbolis, Nyangku mengajarkan masyarakat untuk senantiasa membersihkan diri dan menjaga perilaku dalam kehidupan sehari-hari.


Tradisi tahunan ini diadakan setiap bulan Maulud (Rabiul Awal), tepatnya pada hari Senin atau Kamis terakhir, sebagai bentuk penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW dan mengenang jasa Prabu Sanghyang Borosngora. 


Prabu Sanghyang Borosngora merupakan salah satu raja dari Panjalu yang terkenal karena perannya dalam menyebarkan agama Islam di wilayah ini.


Upacara Adat Nyangku di Ciamis Tahun 2024


Rangkaian Prosesi Upacara Nyangku

Acara Upacara Nyangku dimulai dengan berbagai rangkaian kegiatan, mulai dari pengambilan air keramat atau Tirta Kahuripan dari beberapa mata air sakral di sekitar Panjalu, seperti Situ Lengkong, Cipanjalu, dan Kubang Kelong. Air ini digunakan untuk membersihkan benda-benda pusaka yang tersimpan di Pasucian Bumi Alit, tempat di mana pusaka-pusaka tersebut disimpan sejak zaman kerajaan.


Tidak hanya itu, rangkaian prosesi Nyangku juga melibatkan berbagai acara seperti Bazar Pasar Malam, Samida, Istighosah, Mapag Cai, Penyerahan Hasil Bumi, serta Pentas Seni Tradisional Debus. Puncaknya adalah Upacara Pencucian Benda-benda Pusaka, yang menjadi acara inti dari seluruh rangkaian kegiatan. Benda-benda pusaka yang dibersihkan di antaranya adalah Pedang Zulfikar, Keris Komando, Kujang, Trisula, dan berbagai senjata peninggalan leluhur.


Filosofi di Balik Prosesi Nyangku

Menurut Sekretaris Disbudpora, Ega Anggara, Upacara Nyangku memiliki nilai-nilai yang penting untuk dilestarikan. 

"Nyangku bukan hanya tentang membersihkan benda pusaka, tetapi juga mengingatkan kita pada sejarah dan nilai-nilai adi luhung yang harus kita wariskan kepada generasi mendatang," jelas Ega. 

"Ritual ini juga mengajak kita untuk melakukan introspeksi dan membersihkan diri secara spiritual, sehingga dapat menjadi individu yang lebih baik."

Filosofi utama dari prosesi ini adalah simbolis—sebagaimana benda pusaka dibersihkan, demikian pula masyarakat diingatkan untuk selalu membersihkan jiwa dan perilaku mereka. Oleh karena itu, Nyangku tidak hanya dianggap sebagai warisan budaya, tetapi juga sebagai sarana spiritual yang mengajarkan kedisiplinan dan penghormatan terhadap leluhur.


Pelestarian Tradisi dan Nilai Gotong Royong

Upacara Adat Nyangku tidak dapat terlaksana tanpa peran serta masyarakat Panjalu secara gotong royong. Proses persiapannya, mulai dari pengambilan air suci hingga penyelenggaraan bazar, dikerjakan secara bersama-sama oleh warga setempat. Tradisi ini memperkuat nilai-nilai kebersamaan dan kekeluargaan yang sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Panjalu sejak dulu.


Selain aspek sosial, upacara ini juga mengandung nilai-nilai lingkungan yang kental. Salah satunya adalah pelestarian mata air yang menjadi sumber Tirta Kahuripan. Masyarakat Panjalu secara aktif menjaga kebersihan dan kelestarian mata air ini, termasuk menjaga habitat flora dan fauna yang ada di sekitar Pulau Nusa Gede dan Danau Situ Lengkong.


Upacara Nyangku 2024: Menjaga Warisan Leluhur

Upacara Nyangku di Ciamis tahun 2024 menjadi momentum penting bagi masyarakat Panjalu untuk melestarikan tradisi warisan leluhur. Setiap tahapan dalam prosesi ini mengandung makna mendalam tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara kehidupan duniawi dan spiritual. Dalam era modern seperti sekarang, acara seperti Nyangku memberikan pengingat yang kuat akan pentingnya menjaga tradisi dan nilai-nilai budaya.


Prosesi yang melibatkan pembersihan benda-benda pusaka ini adalah bentuk penghormatan terhadap sejarah Panjalu sekaligus upaya untuk mengajarkan generasi muda tentang pentingnya menjaga nilai-nilai adat dan agama. Dengan terus melestarikan Upacara Nyangku, masyarakat Panjalu berharap tradisi ini akan terus hidup dan memberi manfaat bagi kehidupan spiritual dan sosial mereka.

LihatTutupKomentar